Pulau Bintan tampak cerah. Mentari merebak melancarkan sinarnya. Walau belum sepenggalah, tapi aroma panah sinar sang mentari telah terasa bikin gerah. Tapi itu tak menyurutkan langkah sesosok lelaki paruh baya. Dia tenang berpeci dan pakaian khas muslim. Lelaki itu berjanggut, menjalankan as Sunnah. Dialah Huzrin Hood.
Pria itu bukan sosok biasa. Dia-lah sang pahlawan bagi warga Kepulauan Riau. Dia dianggap sebagai pendobrak Kepulauan Riau agar bisa mandiri menjadi propinsi sendiri. Huzrin adalah sosok penting membuat Kepri mampu berpisah dengan propinsi Riau. Kala itu, dirinya bertindak sebagai Bupati Kepulauan Riau.
Tapi bukan prestasi yang dia dapatkan kemudian. Jerat hukum malah menderanya, selepas mampu “membebaskan” Kepri jadi propinsi sendiri. Huzrin didera kasus korupsi dana tak tersangka, Kabupaten Kepri itu. Ini memang kisah biasa. Dampak dari Kepri menjadi mandiri, tentu ada yang sakit hati. Alhasil Huzrin pun mendekam menjalani hukuman. Dia orang yang gentlemen. Hukuman, walau terasa tak berkeadilan, dijalaninya dengan ikhlas. Kini dia kembali melangkah di ranah Melayu. Huzrin saban hari melangkahkan kakinya menyusuri Kepulauan Riau, yang berjejer ribuan pulau-pulau. Mestinya, Kepri itulah yang dijuluki “kepulauan seribu”, karena pulaunya lebih banyak ketimbang yang ada dilautan Jakarta.
Medio akhir Mei 2014 lalu, langkah Huzrin tegap singgah di Balai Singgasana Kesultanan Bintan Darul Mahsyur. Dia memang sang Sultan, yang telah dibaiat sejak tahun 2012 lalu. Huzrin memimpin umat Islam di bawah panji kesultanan.
Sang Huzrin pun mengembang amanah rakyat. Siang itu, dia pun bertolak menuju Pulau Lingga. Ini pulau yang ada di jajaran Kepulauan Riau. Huzrin membawa rombongan dari Jakarta. Termasuk pula sejumlah kaum muslimin berjubah gamis, yang tergabung dalam jamaah tabligh. Huzrin memimpin rombongan untuk blusukan ke pulau itu.
Perjalanan dimulai dari pelabuhan di Tanjung Pinang. Huzrin berjalan tenang. Tak ada pengawal yang menjaganya. Dia menenteng tas-nya sendiri. Padahal kelasnya adalah pejabat teras. Sembari berjalan, dia melemparkan senyum kanan kiri, kepada orang-orang yang bertemu. Sesekali bersalaman dengan rakyat yang hendak menyapanya. Begitulah dia. Tanpa lelah dia meladeni rakyat yang ingin bersalaman kepada sang Huzrin, tokoh masyarakat di daerah itu. Dia berjalan tenang, tanpa ada pasukan yang mengawalnya.
Setiba di pelabuhan, Huzrin tampak turun menuju kapal ferry yang membawa ke Pulau Lingga. Memasuki kapal, dia juga tak minta perlakuan istimewa. Padahal, sekali lagi, dia ini tokoh masyarakat yang disegani. Beda sekali dengan anggota DPR di Jakarta. Atau pejabat teras di ibukota. Kelakuan pejabat, jika berjalan kemana-mana, selalu minta diistimewakan. Tetapi hal itu tak tampak dalam diri Huzrin.
Di kapal ferry, dia duduk di barisan belakang. Sang nakhkoda kapal sudah memberi isyarat agar dia duduk di barisan depan. Tapi Huzrin tak mengindahkan. Dia lebih enjoy duduk bersama rakyat di barisan belakang. Huzrin pun bergabung dengan orang-orang, kaum penumpang kapal ferry itu.
Perjalanan memakan waktu sekitar 4 jam. Pulau Lingga memang jauh jaraknya. Sepanjang perjalanan, Huzrin tak menyibukkan diri sendiri. Dia menyapa orang-orang yang disekelilingnya. Ibu Rusiah, penumpang yang berada dua baris di depannya, tampak kaget melihat sosok Huzrin satu kapal dengannya. “Kalau saya orang Kepri, saya pasti akan pilih Pak Huzrin,” ujarnya tersenyum ramah. Sayang ibu itu penduduk Pulau Bangka, Sumatera Selatan. Dia menuju Pulau Senayang, menyambangi sanak familinya. Ibu Rusiah tampak kagum melihat Huzrin begitu merakyat, walau tak disorot kamera televisi. Walau tak ada wartawan yang meliput perjalanannya. Tapi gaya merakyat Huzrin memang asli apa adanya.
Spontan, di kapal ferry itu pun terjadi perbincangan singkat tentang Huzrin Hood. Orang-orang tersenyum sumringah bisa bersama tokoh sekelas dia. Perbincangan seputar calon Gubernur Kepri 2015 pun terjadi. Huzrin memang salah satu sosok yang dijagokan. Dia cukup memiliki suara signifikan di Kepualauan Riau. Huzrin masih dihitung banyak orang agar mampu memimpin Kepri, buah perjuangannya.
Memang pilkada Kepri masih jauh. Tapi di pojok-pojok warung wilayah itu, perbincangan seputar siapa jagoan yang duduk sebagai Gubernur, sudah sering dibincangkan. Ada sejumlah nama yang santer dibincangkan. Tapi nama Huzrin Hood kerap jadi hitungan. Dia masih dielu-elukan masyarakat Kepri untuk memimpin kembali wilayah itu.
Kapal ferry empat jam berantuk-antuk di lautan. Tiba kemudian mendarat di pelabuhan kecil pulau Lingga. Huzrin pun turun beserta penumpang lainnya. Dia menenteng tasnya sendiri. Tak ada ajudan ataupun pengawalan khusus buatnya. Perjalanan ternyata belum usai. Dari pelabuhan kecil itu, ternyata masih harus menyambung dengan boat kecil ke Pulau Lingga. Huzrin pun kembali turun menaiki boat itu. Boat itu cuma berkapasitas 6 orang. Menyusuri hulu sungai untuk menuju Pulau Lingga. Tapi kecepatan boat itu sungguh luar biasa. Dipacu sangat kencang, bahkan seolah nyaris ingin melompat menuju lautan. Tak terbayang jika boat itu terjungkal. Di tengah lautan begitu, tentu perenang kelas dunia pun akan kerepotan. Namun, sosok Huzrin tampak tenang menghadapi hal demikian. Dia santai selama berada dalam boat kencang itu. Tak ada mimik takut apalagi menghardik sang “supir” boat itu karena terlalu kencang. Dia tersenyum riang saja, menikmati perjalanan. Tak terbayang jika Jokowi atau Prabowo yang ada di boat seperti itu. Bisa jadi mereka akan merinding ketakutan kala menaiki boat kecil dipacu dengan kencang. Tapi Huzrin-lah sosok tokoh yang blusukan tanpa ada pamrih.
Setiba di Pulau Lingga, Huzrin langsung menuju Desa Linau. Perjalanan bukan sebentar menuju sana. Memakan waktu sekitar 2 jam jauhnya. Bayangkan, di sebuah pulau terpencil, 2 jam perjalanan adalah penuh arti. Tak ada macet seperti di Jakarta. 2 jam tentu perjalanan yang benar-benar jauh. Praktis, hari itu, Huzrin menghabiskan waktunya menuju pulau yang jauh jaraknya.
Di desa Linau, Huzrin ternyata bertemu dengan masyarakat di sana. Mereka berkeluh kesah tentang status tanah masyarakat yang dikuasai pihak lain tanpa ijin. Huzrin telah lama membantu masyarakat untuk mendapatkan haknya itu. Kala pertemuan itulah dia menyampaikan kabar gembira untuk membantu rakyat di sana. Huzrin tak mendapatkan apapun. Pengabdiannya sebagai pemimpin benar-benar dibuktikannya. Hal itu dilakukan, kala dirinya tak disorot wartawan apalagi kamera televisi.
Sekitar sejam berbincang dengan masyarakat, dia pun kembali. Huzrin seolah tak mengenal kata istirahat. Perjalanan kembali ke Pulau Batam dilakukan esok harinya. Dengan kapal ferry juga. Huzrin pun kembali bergabung dengan rakyat di ferry itu. Dia tak duduk di depan atau bangku khusus pejabat. Huzrin bergabung dengan orang-orang segala macam profesi di ferry itu. Sesekali dia menyalami warga yang mengenalnya. Senyum sumringah tetap dia sodorkan. ‘’Senyum itu bagian dari ibadah,” ujarnya.